يجب أن يتأدب الولد من صغرهِ
Seorang anak wajib beradab sejak dari kecilnya
- اَحْمَدُ وَلَدٌ صَغِيْرٌ لَكِنَّهُ أَدِيْبٌ , وَلِهَذَا يُحِبُّهُ أَبُوْهُ وَهُوَ أَيْضًا يُحِبُّ السُّؤَالَ عَنْ كُلِّ شَيْءٍ لَا يَفْهَمْهُ
Ahmad seorang anak kecil, tetapi ia beradab. Oleh karna itu, ayahnya mencintainya. Ia suka bertanya dari segala sesuatu yang ia tidak mengerti.
- وَذَاتَ يَوْمٍ تَنَزَّهَ مَعَ أَبِيْهِ فِي بُسْتَانٍ فَرَآى شَجَرَةَ وَرْدٍ جَمِيْلَةً , وَلَكِنَّهَا مُعْوَجَّةٌ
Pada suatu hari ia berjalan-jalan bersama ayahnya ke kebun. Ia melihat pohon dengan bunga yang indah, akan tetapi pohon itu bengkok.
فَقَالَ أَحْمَدُ : مَا أَجْمَلَ هَذِهَ الشَّجَرَةَ! وَلَكِنْ لِمَاذَا يَا أَبِي هِيَ مُعْوَجَّةٌ ؟
Ahmad kemudian bertanya, “Betapa indahnya pohon ini. Akan tetapi mengapa ia bengkok, Ayah?”
فَقَالَ اْلأَبُ : لِأَنَّ الْبُسْتَانِيَّ لَمْ يَعْتَنِ بِتَقْوِيْمِهَا, مِنْ صِغَرِهَا , فَصَارَتْ مُعْوَجَّةً
Sang Ayah menjawab, “Karena tukang kebun tidak memperhatikan dan tidak meluruskannya semenjak kecilnya, maka jadilah ia bengkok”.
فَقَالَ اَحْمَدُ : اْلأَحْسَنُ أَنْ نُقَوِّمَهَا الْآنَ, فَضَحِكَ أَبُوْهُ وَقَالَ لَهُ : لَا يَتَأَتَّي ذَلِكَ يَاوَلَدِي لِأَنَّهَا قَدْ كَبُرَتْ, وَغَلُظَتْ سَاقُهَا
Ahmad berkata, “Lebih baik kita meluruskannya saja sekarang”. Ayahnyapun tertawa dan berkata, “Tidak mudah yang demikian itu wahai anakku, karena ia sudah tumbuh besar dan ranting-rantingnya pun sudah tebal (kuat)”.
فَكَذَلِكَ الْوَلَدُ, الَّذِي لَمْ يَتَأَدَّبْ مِنْ صِغَرِهِ, لَا يُمْكِنُ تَأْدِيْبُهُ فِي كِبَرِهِ
Begitu juga seorang anak yang tidak beradab dari kecilnya, tidak mungkin ia beradab pada waktu ia telah dewasa.
Kajian kitab Akhlak lilbanin Juz 1 oleh KH. Akhmad Rojin, Rois Syuriah MWC NU Patean, Pengasuh Ponpes Assalafiyyah An-Nahdliyah Patean, Kendal