Kepala, Komisioner dan Kiai Penuh Uban

...

Oleh: Fahroji Saya mungkin termasuk orang yang senang mendengarkan saat KH Asroi Thohir berpidato, baik sejak beliau menjabat ketua PC NU Kendal hingga kini menjadi ketua MUI Kendal. Pidatonya ilmiah tapi banyak selingan humor dan joke-joke segar menghibur. Yang terbaru dari humor Kiai Asro'i yakni saat penutupan Pelatihan Pemulasaraan Jenazah yang digelar MUI Kendal di Gedung Bakti Praja Sekda Kendal sepekan yang lalu, Sabtu (26/8). Saat mengawali pidato, Kiai Asro'i nyeletuk, "Saya ini termasuk anggota KPU. Kepala Penuh Uban," seraya mengangkat peci hitamnya menunjukkan rambut putihnya kepada hadirin. Derai tawa hadirinpun pecah di ruangan itu. Saya yang juga hadir ikut tertawa sekaligus kaget karena plesetan singkatan KPU biasanya muncul dari para anggota KPU sendiri dengan singkatan agak beda, "Komisioner Penuh Uban". Kalau Kiai Asro'i berambut putih penuh uban sebenarnya cukup wajar dan sudah saatnya, meskipun saya juga tidak tahu berapa pastinya usia beliau. Hanya saja kemampuan beliau mengakui dan mengungkap kelemahan dirinya sering menjadi humor segar yang menghibur. Menurut sebuah sumber yang saya sudah lupa sumbernya hahahaha.... selera humor seseorang tidak bisa dipaksakan dan direncanakan. Dia muncul dari hati yang bersih atas kemampuan menertawakan kekurangan atau kelemahan diri sendiri. Makanya orang-orang yang hatinya bersih sering mengeluarkan humor atau joke-joke segar. Tidak heran muncul cerita Abu Nawas atau buku Humor Sufi. Di kalangan Ulama Nusantara muncul ulama yang juga humoris semacam Almaghfurlah KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Ketika para Komisiner KPU diberbagai tingkatan berpidato di forum-forum pelatihan sering juga memelesetkan KPU dengan "Komisioner Penuh Uban" dan menjadi humor dan mengundang tawa renyah juga. Ya, menertawakan kelemahan atau kekurangan diri sendiri. Karena ada sebagian atau mungkin banyak komisiner KPU yang masih muda-muda banyak beruban. Meskipun penyebab uban sebenarnya banyak bisa karena obat kimia, faktor genetik, penyakit dan seterusnya. Beban kerja dan tekanan tanggung jawab yang menuntut berpikir keras mungkin juga bisa memicu tumbuhnya uban. KPU mungkin salah satu lembaga yang menuntut para komisionernya berpikir keras, benar dan tidak boleh salah sehingga banyak komisioner muda mulai tumbuh beruban. Oleh karenanya, plesetan "Komisioner Penuh Uban" juga sering menjadi bahan humor sendiri. Yang terakhir ada juga yang memelesetkan KPU dengan "Kiai Penuh Uban". Kalau ini tentu banyak, karena umumnya Kiai sudah sepuh meski ada kiai muda. Kiai banyak yang dipikirkan menyangkut masalah umat. Apalagi kiai yang duduk dalam struktur kepengurusan NU harus berpikir bagaimana mencari dana memikirkan program yang tidak jalan, menggerakkan organisasi dan seabrek masalah yang dihadapi pengurus. Melihat Aswaja Mart yang tutup, pembangunan RSNU yang stagnan, belum lagi dengan kepengurusan yang konon kurang kompak bisa saja menimbulkan pikiran yang menguras energi bagi yang sedang mendapat amanat. Oleh karena ada baiknya sering-sering mengeluarkan humor seperti yang dilakukan KH Asro'i Thohir. Celetukan "Saya ini anggota KPU, Kiai Penuh Uban" barang kali perlu juga dilontarkan juga untuk mengurangi beban pikiran atas beratnya program kerja yang diamanatkan di sela-sela pertemuan NU. Tulisan ini sekedar memenuhi permintaan "Kang Boy" wakil ketua NU Kendal Online untuk menulis semacam sentilan yang menggelitik dalam bentuk artikel kolom. Sebenarnya saya menolak karena artikel jenis ini biasanya ditulis oleh orang misalnya sekaliber Prof. Hirin (Mujahirin Thohir).

Penulis adalah mantan anggota KPU Kendal dan Penasehat NUKO

Advertisement

Press ESC to close