Kendal, pcnukendal.com – Baru-baru ini aksi terorisme kembali mengguncang Indonesia. Mulai dari aksi teror bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Minggu (28/3) pagi oleh pasangan suami istri L (suami) dan YSF (istri) yang mengakibatkan 20 orang terluka. Disusul penyerangan oleh terduga teroris berinisial Z-A di Markas Besar Kepolisian Indonesia (Mabes Polri) di Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (31/3) sore. Kejadian ini menewaskan Z-A setelah terlibat baku tembak dengan petugas pos penjagaan di Mabes Polri.
Merespon kejadian tersebut, Ketua Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kendal, Dwi Sura Aprillia menyatakan mengutuk keras segala bentuk tindakan terorisme. Pihaknya menghimbau seluruh pelajar putri khususnya di Kendal, agar membentengi diri dari paham radikalisme.
”Sebagai warga NU, taatlah saja pada ulama NU. Kiai di Kendal sangat banyak. Kiai-kiai kita ini tidak pernah mengajarkan kekerasan. Salah memilih kiai panutan, bisa menjadi faktor yang menyebabkan pelajar terjerumus ke dalam radikalisme,” kata April kepada NU Kendal Online, Kamis (01/04).
Senada dengan April, Ketua Lembaga Konseling Pelajar Putri Kendal, Nur Chasanah menyayangkan dan mengecam pelibatan perempuan dalam aksi terorisme. Menurutnya, perempuan menjadi pelaku terorisme karena memiliki hati yang lembut.
”Perempuan tipikal yang ketika ada yang sedang memberikan rangsangan (arahan) dia mudah menangkap, mudah meresap kedalam otak. Sehingga dalam perekrutan anggota teroris perempuan lebih bisa dikendalikan,” ujar Nur Chasanah.
Dijelaskan, perempuan adalah salah satu makhluk paling setia terhadap sesuatu, khususnya pada suami (apabila sudah bersuami), mudah dibujuk dan penurut juga. Jadi ketika suami memberikan arahan, dia akan melakukan dan otomatis hal itu juga sebagai tindakan ta’at kepada suami.
“Jadi tak heran, apabila perempuan mendominasi dalam aksi ini. Perempuan cenderung mudah masuk dalam pehamahaman radikal ketika tidak bisa independen mengambil keputusan. Perempuan seperti ini cenderung sangat penurut terhadap keputusan suami,” terangnya.
Lebih lanjut, Nur Chasanah menyebutkan beberapa sikap yang harus dilakukan para pelajar putri agar tak terpengaruh paham radikalisme.
”Yaitu dengan memperkuat benteng keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan, menjauhi kajian-kajian ilmu yang sumber dan kebenarannya tidak jelas, selalu bersosialisasi dan interaksi dengan masyarakat, tidak menutup diri atau memilih acuh terhadap lingkungan sekitar, dan berkumpul dengan orang-orang saleh- salehah di bawah ajaran ahlusunnah wal jamaah pastinya,” pungkas Nur Chasanah. (Nur Safitri/Muf)